Masalah Bukanlah Masalahnya

Seringkali, sebenarnya yang bikin suatu situasi berubah jadi ‘masalah’ adalah diri kita sendiri. Atau tepatnya, pemikiran dan sikap kita tentang situasi itulah yang bikin situasi itu akhirnya jadi masalah. Dan lucunya lagi, yang kemudian bikin masalah itu jadi masalah besar, ya lagi- lagi kita! Kita overthink dan overreact masalah itu dengan segudang kata ‘gimana kalau’, dan bikin masalah itu jadi makin runyam.

Ada istilah, “Masalah sebenarnya bukanlah masalahnya. Sikap Anda terhadap masalah itulah yang bikin itu jadi masalahnya!”

Jadi akhirnya, waktu masalah ini bikin hari kita nggak FUN, nggak menyenangkan, malah bikin stress segala, siapa yang salah coba? Masak tetangga sebelah?

Saya kasih contoh dari kejadian sehari- hari deh.

Ingat- ingat, apa yang Anda lakukan waktu Anda masih masa ‘pendekatan’ alias PDKT. Bayangkan, ceritanya, Anda sama kecengan dan kandidat pacar Anda lagi asik- asiknya SMSan. Pembicaraan lagi hangat- hangatnya, waktu mendadak Anda ngeliat celah langka, dan memutuskan mau mengeluarkan kalimat ‘flirting’ yang rada gombal dan nakal. Biasa… mancing reaksi. Misalnya:

“Ngomong- ngomong, kamu lagi pake baju apa nih? Baju seksi yaaa?” SMS Anda sambil deg- degan.

Mendadak dia nggak ngebales.

1 menit, ga ada jawaban. 5 menit, masih ga ada jawaban.

Apa yang Anda rasakan? Mulai panik dan merasa salah langkah.

“Mak, mati gue. Ampunnnn, mati gue. Salah ngomong nih gue”

10 menit, belum ada jawaban juga. Anda pun ngesms nanya, “Halooo?”

Tetap nggak ada jawaban.

“Matiiii gueeee. Mustinya tadi nggak ngomong gituuuu. Batal nih bataal bataaaaaaal jadiaaaaan”, Anda mulai panik dan mulai lebay.

20 menit masih nggak ada jawaban juga, Anda mulai mencari exit strategy.

“Gue sms aja kali ya? Bilang becanda. Atau gue sms bilang maaf ya? Tapi kalo nanti dia malah ngerasa lebay gimana? Adduuuuh, sms perbaiki apa jangan niiih?” Ambil hape, taro hape, ambil hape, taro hape.

Lalu pada saat ginilah, biasanya pikiran Anda mulai melayang kemana- mana. ‘Gimana kalau’ mulai keluar.

“Gimana kalau dia marah, dan nganggap gue nggak sopan? Nanti ga jadi jadian deh. Gimana kalau dia kasih tahu sama kakaknya, terus kakaknya nyari gue karena udah ngomong nggak sopan sama adiknya? Terus gimana kalo dia sampe ngeblast sms gue ke temen- temen dia gara- gara tersinggung banget? Matiii gue”

Makin lama biasanya kita bakal makin lebay.

“Aduuh, terus gimana kalau sampai dia nggak mau ketemu gue lagi? Nanti mimpi gue sama dia hancur berantakan dooong? Gimana kalau kita nggak jadi nikah? Aduh, nanti apa yang gue harus bilangin ke Tono anak kita nanti?”

Setelah mikirnya kejauuuuuhaaaaaaaaaannnn, mendadak ada SMS.

“Sorry beb, tadi abis batre HPnya …” sms si dia.

Yaeeelaaaaaaah, abis batre doang. Antiklimaks banget..

Keburu bete, keburu kesal, keburu Anda kehilangan FUN di hari Anda, semua karena pemikiran Anda sendiri.

So, satu point yang bisa disimpulkan. Selalulah letakkan masalah pada situasinya yang sebenarnya. Jangan diperburuk dengan asumsi, pemikiran negatif, dan ‘gimana kalau’.

Masalah bukanlah masalahnya. Sikap dan pemikiran Anda terhadap masalah itulah masalahnya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *