Makin Ke Atas Anginnya Makin Keras

Beberapa bulan yang lalu, saya mengisi sebuah event di suatu tempat baru yang cukup jauh. Di sana saya bertemu dengan beberapa rekan pembicara yang luar biasa, yang buat saya nih, adalah suatu kesenangan tersendiri bisa berbagi panggung dengan mereka!

Jadi dengan antusias tinggi, saya memasuki ruangan saat pertama kali bertemu dengan mereka, dengan senyum kegedean yang memang sudah merekat di wajah ini dari lahir dan menyilaukan semua orang yang ada. Tapi waktu saya masuk sambil nyengir- nyengir itu, ada sesuatu yang lucu. Sikap satu- dua orang dari mereka pada saya nggak se ‘welcome’ yang saya sangka. Malahan, salah satu dari mereka terdengar samar- samar lagi ngomongin diri saya waktu saya masuk tadi!

Padahal apa yang salah? Saya nggak pernah ketemu dia sebelumnya. Saya nggak pernah berbuat salah padanya sebelumnya. Malah saya nggak pernah melakukan apapun yang dia bicarakan secara negatif yang saya dengar samar- samar tadi. Lalu apa? Dan kenapa?

Selama beberapa jam, malah satu- dua hari ke depan, saya terus memperhatikan si satu orang ini, dan sikapnya terhadap saya. Dan benarlah, selama itu pula, keliatan sikapnya yang agak menjauh (bahkan sedikit terkesan memusuhi) saya, tanpa alasan yang jelas.

[Tweet “Kita tidak bisa mengendalikan orang, tapi kita bisa mengendalikan reaksi kita terhadap orang itu”]

Entah apa yang menyebabkan sikap aneh ini, dan yang membuat dia ngegosipin saya di belakang saya, berdasarkan fakta yang tidak benar, bahkan sebelum dia memastikan atau bertemu dengan saya. Mungkin dia pernah dengar isu tentang saya, mungkin dia pernah dengar gosip tentang saya, atau dia mendengar satu rumor yang tidak benar atau suatu informasi tidak lengkap yang dia dengar dari orang yang menjelekkan saya, atau sekedar dia merasa tersaingi, nggak tahu deh. Tapi hal itu sudah membuat dia MEMBENTUK ‘fakta’ karangan tentang saya di pikirannya, bahkan sebelum dia ketemu saya, yang nampaknya tidak bisa diubah lagi.

Sayang sekali.

Saya tidak tahu, dan tidak terlalu perduli alasannya, karena pada kenyataannya, saya tidak pernah merugikannya, ataupun siapapun! So that is his problem, and not mine.

Satu hal yang saya ingat dan selalu saya peluk dekat di hati saya pada saat hal seperti ini terjadi, adalah ajaran orang tua saya dan mentor- mentor saya, tentang perjalanan kita semua menuju sukses.

Bahwa dalam perjalanan kita ke atas, kita semua akan diperhatikan oleh orang lain. Semakin tinggi posisi kita, semakin banyak orang yang akan memperhatikan setiap pergerakan kita. Dan makin tinggi posisi kita itu, semakin keras dan semakin banyaklah tantangannya. Ibarat pohon yang tinggi, dan gedung pencakar langit. Makin ke atas, anginnya akan semakin KERAS!

Kita tidak bisa mengendalikan opini orang lain dan sikap mereka, sebagaimana kita tidak bisa mengendalikan angin. Yang BISA kita kendalikan adalah diri sendiri, nilai hidup kita sendiri, sikap diri kita terhadap opini dan tantangan itu, dan kesabaran kita menghadapi segala tantangan yang menerpa.

Apa Anda pernah mengalami hal yang sama seperti saya ini?

Bila kita hidup sesuai nilai- nilai ideal dan sosial yang tidak merugikan orang lain, pada akhirnya kenyataan dan kebaikan akan terbukti selalu lebih kuat daripada isu, gosip, dan fitnah.

Jadi berikutnya Anda menghadapi situasi serupa seperti ini, ketika mendadak Anda diterpa angin, gosip, fitnah, dan tantangan yang tidak Anda mengerti, bersyukurlah! Karena ini artinya Anda sudah meningkat makin tinggi dalam pohon kesuksesan Anda.

Makin ke atas anginnya makin keras! Ini alamiah, dan semua orang besar pasti mengalaminya! Bersyukurlah dan tetaplah tersenyum dan me- Lakukan Dengan Hati dalam segala kondisi!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *