Selama bertahun- tahun, kegiatan yang namanya mencari Passion itu selalu nampak sinonim dengan kata ‘resign’.
Jadi setiap kali saya bicara soal “Cari Passion kamu”, banyak orang yang bakal langsung sibuk bergumam nyari alasan bahwa “Aduuuuuh, nggak ada duit buat bisnis”, atau “Wah nggak mungkin resign nihh, butuh duitnyaaaaah”, atau “Sibuk banget bahhh di kantor”. Sementara di sisi lain ruangan itu, para bos yang ngedenger saya mengatakan itu ke karyawannya juga bakal langsung komat kamit baca mantera pengusir setan, dan nyembur saya pake air Equilnya, “Puah puahh, terbakaaaaar terbakaaarrr!”.
Jadi kali ini, saya bakal share sesuatu yang agak nggak biasa dan keluar dari paham standar itu. Kali ini, saya bakal share bagaimana Anda bisa menemukan Passion TANPA harus resign!
Dalam contoh kisah, berikut beberapa contoh tempat di mana Anda bisa MENEMUKAN Passion di kantor:
Di Misi dan Nilai Perusahaan
Acep Suracep – yang sudah pasti bukan orang Sunda – adalah seorang family man. Passionnya dan mimpinya pada awalnya masih belum jelas. Makanya, waktu milih pekerjaan, dia tutup mata, jari teracung ke loker di koran, dan asal pilih perusahaan dengan nama besar. Yang penting ikhlas mau menerima seorang Acep sebagai karyawan.
Ditempatkan di bagian produksi, awalnya kerjaan ini biasa saja, dan setiap harinya dia bekerja cuma buat gugur kewajiban. Tapi lama lama, kok makin betah ya? Kok makin nggak ada niat resign? Dan ini bukan karena uangnya atau karena zona nyaman semata lho. Jadi kenapa ya?
Ternyata, perusahaan tempatnya bekerja, mengangkat tinggi nilai Family Care, dan menetapkan standar kualitas yang tinggi untuk keamanan keluarga. Ini Acep banget!
Intip nilai yang dijunjung perusahaan Anda. Apa perusahaan Anda juga punya nilai- nilai yang cocok dengan Passion Anda?
Di Target Perusahaan
Waktu Rosa, bukan nama sebenarnya, (mungkin nama sebenarnya adalah Mawar…), sebagai Account Executive, diberikan target oleh perusahaan, dia langsung takut dan manyun seperti ABG dan muka duckface- nya. Mengejar target kayaknya beban banget, dan Rosa langsung males begitu ngerasa dikasih beban berat, saking malesnya, ampir dia bilang ke bosnya, bro, jangan ada target dong bro, kita kan ‘pren’.
Tapi karena udah ada komitmen di pekerjaannya, dia tetap menjalankan tugasnya sebisanya, dan ternyata, dalam pekerjaannya yang memaksanya terus bertemu klien baru dan leads- leads baru, dia menemukan sesuatu yang sangat disukainya. Dia suka ketemu orang!
Ketemu orang baru, melobi rekan, dan hangout- hangout bisnis ternyata menyenangkan, dan rupanya Passionnya adalah sosialisasi! Menyadari ini, Rosa bisa menjalankan Passionnya di kantor, dengan memusatkan dirinya pada aktivitas yang disukainya sebagai sumber motivasi.
Lihat target yang diberikan perusahaan pada Anda. Apa dalam usaha meraihnya Anda melewati aktivitas yang Anda suka dan membuat Anda tertarik?
Di Rotasi dan Variasi Aktivitas
Rolling lokasi dan perubahan tugas seringkali bikin karyawan, termasuk Adit, demotivasi. Rasanya baru saja dia merasa biasa dan nyaman dengan tugas dan tanggung jawab, serta lokasi yang ada, ehhhh, mendadak di rolling dan dipindahkan ke bagian lain. Ini membuat Adit mulai “aktif kembali di LinkedIn”, dan sibuk celingak sini celingak situ mencari rumput tetangga.
Tapi mendadak, dua rotasi terakhir, yang menempatkannya di posisi HRD, entah kenapa membuatnya bersemangat. Dia menemukan bahwa dia suka kegiatan berbagi, belajar, dan membuat kurikulum pengembangan karyawan. Dia suka bikin training, dan suka belajar ilmu SDM baru!
Adit menemukan Passionnya dalam bidang training, melalui rotasi dan variasi aktivitas kerja.
Apa yang bisa Anda pelajari di rotasi dan variasi kerjaan yang Anda alami? Apa ada yang ingin Anda pelajari dan ingin Anda coba?
Di Rekan Kerja dan Kerjasama Tim
Salah satu hal yang paling memotivasi diri kita adalah melihat dan berbaur dengan orang lain yang sama positifnya dengan kita, dan Ukit yang lagi asik mencari Passion menemukan Passionnya itu dengan nongkrong dan bekerjasama dengan rekan karyawannya.
Saat sendirian, dia nggak pernah bisa tahu apa Passionnya, apa yang dia suka, dan apa yang bisa membuatnya bersemangat. Tapi setiap dia nongkrong sama teman- temannya, Rosa, Acep, dan Adit (lho, emang sekantor?) dia sering mendengar mereka membahas Passionnya, dan dia pun jadi menyadari, hobinya yang bisa dijadikan Passion!
Kegiatan team building, klub hobi bersama, dan kerjasama tim di kantor bisa membantu menemukan Passion!
Apa berada dan bekerjasama dengan rekan kerja menginspirasi Anda untuk melakukan sesuatu yang dari dulu ingin Anda coba? Apa ada ketertarikan baru yang muncul bersama?
Di Tantangan dan Curhatan
Orang yang mencari Passion cuma dengan duduk ngonsep dan mikir sampe urat kepala keluar nggak bakal menemukan Passionnya. Passion harus dicoba, dan bisa berasal dari hobi, minat, ketertarikan, kekaguman, atau malah curhatan.
Yanto sering menghadapi tantangan dalam bekerja, di mana dia sulit bekerja sama dengan rekannya dari jarak jauh. Teman- temannya juga menghadapi masalah yang sama, dan sering curhat soal sulitnya kerjasama dan menyatukan dokumen pekerjaan saat mereka bekerja di tempat yang berjauhan.
Penasaran, Yanto pun meng- Google solusi untuk masalah ini, mencoba membuat aplikasi sederhana dengan belajar secara online, mengajukannya pada bosnya, dan menemukan Passionnya dalam desain IT!
Apa tantangan yang dihadapi Anda dan rekan kerja dan kantor Anda dalam bekerja? Apa Anda tertarik untuk menyelesaikannya? Apa yang ingin Anda coba untuk menyelesaikannya?
Passion bisa ditemukan di mana- mana, termasuk di dalam tempat kerja Anda saat ini!
[Tweet “Temukan #Passion di manapun Anda berada!”]
Dan bila Anda menemukan Passion Anda, dan take action seperti yang dilakukan oleh tokoh- tokoh di dalam contoh kisah di atas, Anda bakal makin enjoy bekerja, kualitas kerja makin meningkat, dan karir Anda pun dijamin bakal terbantu karenanya!
Passion nggak selalu harus resign kok. Passion itu masalah dorongan dari dalam untuk menemukan, dan melakukan apapun yang ada di tangan kita dengan HATI!
Apa Anda sudah in touch dengan Passion Anda?