Waktu saya masih lebih muda, saya pikir cara supaya terlihat keren, berwibawa, dan disukai orang adalah dengan menjadi orang yang berwawasan luas dan serba tahu.
Jadi saya sering membaca, menonton, mendengarkan berita dan informasi, dan melahap semuanya seperti monster cookies di Sesame Street. Dan saya nggak ragu memakai semua hal yang saya tahu itu dalam perbincangan dengan orang lain.
Setiap saya sedang ngobrol dengan orang, saya suka menunjukkan pada orang itu bahwa saya tahu banyak tentang topik yang lagi dibicarakan. Apalagi kalau saya ngerasa saya memang LEBIH tahu soal hal itu.
“Tahu nggak, kasus anu katanya sebenarnya kolusi lho…” kata lawan bicara saya.
“Oh iyaa, bener itu.. jadi gini ceritanya…” sambung saya melengkapi.
“Jadi sebenarnya kamu bisa dapat diskon asal tahu caranya”, suatu hari teman saya menceritakan tips dalam melakukan perjalanan backpacking ke luar negeri.
“Bener banget, caranya gini…” saya ikut nimbrung.
… atau kadang saat seseorang memiliki pandangan yang agak berbeda, saya bakal dengan cepat mengoreksi pandangannya…
“Jadi pada hakikatnya masalahnya tuh begini…”
“Eh, bukan gitu lho. Lu salah paham. Yang sebenarnya gini kok…” kata saya mengoreksi.
Pokoknya saya ngerasa, dalam perbincangan apapun, saya harus menunjukkan ke orang bahwa saya tahu, saya sudah tahu, atau bahkan malah saya lebih tahu tentang situasi yang sedang dibicarakan.
Saya harus jadi orang yang ‘berbicara terakhir’.
Sampai pada akhirnya, saya menyadari, bahwa orang nggak begitu nyaman ngobrol dengan saya.
Di pesta atau acara ngumpul- ngumpul, saya jadi orang yang cuma duduk sendirian atau dengan satu dua orang saja, dan hanya disapa sekali- sekali. Itu juga disapanya begini, “Ded, sori, lu ngedudukin tas gua…” atau “Ded, sori, lu belum mau pulang ya?” … Astaganaga diusir…
Sebaliknya, seorang teman saya yang lain nampaknya sangat disukai oleh siapapun. Padahal nih, di mata saya waktu itu, orang ini banyak nggak tahunya!
Dia sering nanya, sering minta pendapat, kerjanya cuma ngedengerin orang bercerita doang, bahkan dia suka menangguk- angguk ngedengerin pendapat orang yang sepertinya sebenarnya nggak dia setujui.
Kenapa ya?
Beberapa bulan kemudian, setelah mengamati teman saya ini, dan mencoba banyak ngobrol dengannya, akhirnya saya paham.
Ini fakta kuncinya:
- Semua orang, ingin didengarkan.
- Semua orang, ingin merasa bahwa dia lebih tahu dalam hal tertentu daripada lawan bicaranya.
- Semua orang, senang merasa ‘menang’.
Saya dulu juga seperti itu.
Tapi apa yang saya dapat? Orang ‘tidak terlalu’ menyukai saya.
Lalu bagaimana cara agar lebih disukai orang lain, khususnya dalam proses komunikasi, obrolan sehari- hari, dan dalam argumentasi?
Jadilah orang yang MEMBERIKAN ketiga hal itu pada lawan bicara Anda!
Mau lebih disukai dan menjadi lawan bicara yang menyenangkan? Lakukan beberapa tips ini.
- Jangan terlalu banyak mengumbar segala wawasan dan pengetahuan ‘dewa’ Anda, KECUALI kalau memang benar- benar dibutuhkan, atau ditanyakan.
- Biarkan orang berbicara dan menunjukkan pengetahuannya pada Anda, anggap saja itu adalah ‘obat’ untuk Ego nya, untuk membuat dia merasa lebih baik.
- Bertanyalah tentang sesuatu yang dia rasa dia paham benar, walau mungkin sebenarnya Anda juga paham (atau malah lebih paham) tentang situasi itu.
- Kalau ada ketidaksepahaman pendapat dengannya, dan Anda merasa Anda harus mengutarakannya, utarakanlah dalam bentuk pertanyaan. Beri dia kesempatan membela dirinya.
- Dengarkan dengan baik, dan antusiaslah dalam mendengarkan.
- Antusiaslah pada PASSION nya, dan bertanyalah, biarkan dia ‘merasa dia mengajarkan’ satu dua hal pada Anda.
Inilah hal- hal yang saya lakukan!
Saya memilih argumen atau perbincangan yang betul- betul perlu saya ‘menangkan’, dan membiarkan lawan bicara saya ‘memenangkan’ perbincangan- perbincangan kecil lainnya.
Walau sampai sekarang saya masih suka terus membaca, menonton, dan memperluas wawasan saya, tapi seringkali saya lebih suka ‘pura- pura’ nggak tau pada suatu hal yang sebenarnya sangat saya pahami, cuma supaya mereka senang bisa menjelaskan sesuatu ke saya, dan menunjukkan kebolehan mereka. *Sssst, jangan kasih tahu mereka ya…
[Tweet “Anda mau disukai orang? Pertama bantulah mereka untuk menyukai Anda!”]