“Gimana kalau saya SUKA, dan punya PASSION sama sesuatu hal, tapi nggak bisa?”
Ini salah satu trending topic dari teman- teman yang suka ngacung bertanya waktu mau mengembangkan masa depannya sesuai dengan apa yang dia suka. Kata- kata lain yang suka mereka pakai biasanya adalah ‘nggak bakat’.
“Bukan ‘nggak’ bisa, ‘belum’ bisa”, kata saya ngeralat kata- kata mereka.
“Oh iya, belum bisa”.
“Persis”, jawab saya. “‘Belum’. BUKAN ‘nggak’.”
Dia diem. Mungkin bingung bin kecewa kok jawaban saya cuma begitu doang. Muka kecewanya mirip dengan istri saya yang dikasih tahu kalau toko anu lagi ada diskon, tapi saya cuma ngasih tahu aja, dia nggak dibeliin apa- apa.
“Iya…”, katanya melanjutkan. Oh, masih penasaran rupanya, “Kalo nggak bisa…”
“‘Belum bisa..” ralat saya.
“Iya, belum bisa lalu?”
“Ya lanjutkan saja sampai bisa”, kata saya simple. Karena jawabannya memang sesederhana itu!
“Kalo nggak bakat?”
“Tapi suka?”
“Suka. Banget.”
“Ya lanjutkan saja sampe bisa”, jawab saya lagi. “Kalo emang suka kan nggak masalah untuk belajar sedikit lagi sekalian latihan kan?”
“Iya sih.”
“So?”
“Iya juga ya”.
“Iya banget.”
Pada suatu ketika di zaman dahulu, hiduplah seorang anak kuper yang kerjanya cuma nongkrong diam di belakang kelas corat coret tokoh komik. Anak ini ‘nggak bakat’ nulis, dia ‘nggak bakat’ bicara di depan umum, dan ‘nggak bisa’ ngelucu, bahkan untuk ngerayu cewek tercantik di dunia sekalipun.
Sampai kuliah, anak ini masih dikenal teman- temannya sebagai anak yang pendiam, dan ‘nggak bisaan’ berinteraksi dengan orang. Dulu teman- temannya bilang kalau dia ‘nggak bakat’ dan ‘nggak bisa’ tampil dimanapun di dunia panggung dan penulisan.
Anak itu namanya Dedy Dahlan.
[Tweet “Bedanya nggak bisa dan bisa hanya waktu dan usaha!”]
Kalau ada Passion, namanya bukan NGGAK bisa, tapi BELUM bisa!
“Oooooh, jadi barang diskon tadi juga aku bukan ‘nggak dibeliin’, tapi belum dibeliin ya?” Istri saya nyaut aja.
*Eh …